Kamis, 29 Desember 2011

Tak Jemu

Di bawah pohon cersen gadis cantik berkacamata sedang membaca sebuah buku. Lantas otak kecilnya segera memaksa tubuhnya segera mendekati gadis itu. “hai….sedang baca buku ya,,,,?”, berbasa-basi. Tidak ada ucapan balasan dari gadis itu. tapi gadis itu membalasnya dengan senyuman menawan. Itu membuat dia bertambah semangat untuk mencari tahu tentang gadis itu. “siapa namamu cantik,,,,,”, ternyata dia mempunyai sifat seperti laki-laki lainnya. Gadis itu tak jua menjawab namun dia mengeluarkan selembar kertas dan ditulisnya sebuah nomor. Kertas itu segera diberikan dia dan secepatnya beranjak meninggalkan tempat semula. Ternyata itu nomor telpon dari gadis itu. “baik,,,,akan ku telpon kau malam ini cantik” batinnya.

*

“halo,,,,siapa ya?”
“ini aku yosi….” “yosi siapa?”
“apa kau ingat tadi siang ada lelaki yang bertanya kau sedang apa?” yosi meyakinkan
“tidak ada” jelas si gadis.
“tapi ada seorang lelaki yang bertanya aku sedang baca buku. Yang jelas-jelas aku sedang membaca sebuah buku.” Imbuh si gadis.
“iya dan gadis itu memberikan senyumannya dan memberi selembar kertas berisikan nomor telponnya ke lelaki tersebut. Dan akulah orangnya” yosi menimpali. “begitu kan…” yosi meyakinkan lagi.

“kenapa kau menghampiriku?”
“akupun juga tidak tahu dengan apa yang aku perbuat, aku hanya menuruti apa yang terfikirkan otak kecilku dan apa yang terasa oleh hati kacilku”, yosi menggombal.
“apa kamu sedang menggombal, kurasa itu tidak akan menarik perhatianku”, kata si gadis.
Apa yang menjadi daya tarik bagimu hei wanita cantik. Apa yang membuatmu sedemikian kokoh mempertahkan sikap jutekmu itu. rasanya aneh jika kau memberikan nomormu untukku. Dalam hati yosi merenung.
Telpon tertutup dari tadi semenjak obrolan yang tidak ada tanda-tanda menghangatkan suasana.
Merebahkan badan diatas kasur yang empuk dan mulai mengingat apa yang terjadi barusan saja. Pikiran mulai mengalir ke suatu bayangan yang tadi siang dijumpainya. Sesosok wanita cantik dengan paduan dua kacamata. Setiap mata memandang barang tiada arti lagi. Wajah itu ada dimana-mana. Hingga menghantarkan tidur.

*

KAU MASIH TEGAR?

“Ah….sialan!” keluh kesahmu seperti menepiskan biji salak yang bersarang di kepalamu. Kutanya kenapa engkau seperti hendak meronta. Kau mencercakan kegelisahanmu. Ku cermati dengan seksama apa yang kau tuturkan. Kalimat demi kalimat kucerna dalam-dalam hingga aku mengerti dan seperti akupun ikut merasakan apa yang kau alami. Kau menceritakan dengan penuh semangat, kadang lengang, kadang tersedu-sedan, terkadang pula kau sempat dengan menundukkan kepala dan berkaca-kaca dikedua matamu. Sehingga akupun tidak tahu apa yang dapat aku perbantukan. Namun jika kau membutuhkan, akan kulakukan apa yang membuatmu menata kembali kehidupanmu.
Dahulu kau ceritakan. Kira-kira ceritamu begini.
            Seperetinya hubungan kami akan menyenangkan dan akan selalu diwarnai dengan kebahagiaan yang tiada henti-hentinya. Dimana kami berdua saling memberikan kasih sayang kemana-mana selalu berdua kecuali saat ke

Rabu, 28 Desember 2011

mentertawakan orang yang dianggapnya tidak tahu. tapi kemudian akan ditertawakan juga karena telah mentertawakan orang itu. karena tertawanya hanya mengandung ejekan semata.
mentertawakan orang yang dianggapnya tidak tahu. tapi kemudian akan ditertawakan juga karena telah mentertawakan orang itu. karena tertawanya hanya mengandung ejekan semata.
kadangkala kesombongan orang akan terlihat disaat membicarakan kesombongan orang lain.
pemikiran kita kadangkala membenarkan apa yang diyakini. tapi bukan kayakinan atas kebenaran.

Berburu Obrol.........???

Kita bertumpu pada pantat, duduk bersila. Aku yang membuka obrolan lebih dulu sedangkan kau yang menyambutnya. Dari sana kita mulai bertarung dengan gaya bahasa masing-masing seakan sedang berbalas pantun saling menjawab saling mananyai. Dalam batinku aku memprotesmu karena kau tiba terlambat sekurangnya tiga puluh menitan. Untungnya di tempatku aku bercuap-cuap dengan kawan lama. Kami sudah membincangkan apa kabar-apa kabar. Serta mencuri pandang jauh dari pelupuk mata.

Syukurlah kau tiba sebelum aku memutuskan untuk kembali pulang. Aku lanjutkan ceritaku. Kita sudah duduk bersila. Aku tanyai kabarmu teman-teman semalam yang

Senin, 26 Desember 2011

pagi kan ku jelang dengan sedikit kata
namun kan kusiapkan seribu tindak
siang kan ku songsong dengan sedikit janji
namun kan ku suguhkan realita
malam pun kan ku senggami dengan sedikit mimpi
namun kan ku curahkan sejuta doa

Minggu, 25 Desember 2011

Mak

keindahan dan keburukan saat ini,
kebaikan dan kebrutalan sekalipun tak mampu menggerus batin.
batin apa yang salah ini. secuil pun tak ada yang berkurang.
bahkan segigitan semut tiada aku jumpai. jilatan api kerinduan terhadap emakku tak padam seketika dengan rayuan dunia.
mak...aku ingin memeluk kakimu, mencium dahimu, aku ingin kau mengelus kepalaku.
aku yakin engkau lebih rindu daripada anakmu ini.
aku yakin itu.
sebab aku rindu padamu. mak.

Lima Syarat yang ada Pada Satria jawa

Wisma      : adalah rumah untuk menumpukkan segala yang ada dan untuk berkasih sayang.
Wanita      : sumber penghidupan jiwa, dan yang membangkitkan jiwa.
Turangga   : kuda adalah tunggangan. ilmu, pengetahuan, kemampuan, keterampilan, keahlian yang akan membuat kemajuan.
Kukila       : keindahan, kelanggengan, kepuasan batin adalah burung.
Curiga       : keris kewaspadaan, kesiagaan, keperwiraan alat untuk keempatnya tadi.

Komedi Putar

kau duduk di tengah lalu-lalang
termenung menatap tanah pijakan
aku kira kau tertidur
hanya kau  malah meneteskan air mata
mata pencaharianmu membuntutimu
menunggui tak jemu merajuk
"kapan kau gunakan aku?"
aku sudah siap kau opersikan
apa kau akan menekikan lehermu
kulihat kau tanpa asa
banyak orang sebenarnya mengharapku
karena aku akan membuat mereka menyukaiku
yang penting kau memberiku orang
aku akan bergerak dengan bahan bakar minyak itu
akan kukurung mereka dalam sangkar raksasa
dan akan kuputar-putarkan mereka
hingga mereka turun dan puas denganku

Jumat, 23 Desember 2011

Setetes Madu

kucumbui terang senja
dengan setetes seduhan madu
penentram gertakan asa
emosiku yang ternukil
kutandaskan hingga ke palung-palung
dan luasnya samudera pemikiranku
setiap rasa kudikte satu demi satu
hingga senja berakhirkan gelap lengang
kututurkan apa saja yang berkeruyuk dalam benak
seyogyanya kan kuhirup itu
kutarik itu sampai kepelupuk mata
hingga ku tetap waspada
akan ranjau-ranjau kasih sayang
petuahku berkata
biar kunikmati setetes madu itu

Selasa, 01 November 2011

KAU ISTERIKU, AKU SEDANG CEMBURU

          Sore tadi aku melihatmu sedang bercengkerama dengan seorang pria duduk di warung kopi dengan riangnya. Aku dari kejauhan lantas menjauhkan diri dari keramaian. Aku melangkah dengan kepala tertunduk lesu.
          Ketika kau sampai di rumah hampir pukul sepuluh malam. aku menantimu di ranjang kita yang penuh kemesraan. kau mandi. setelah itu kau menghampiriku yang terkapar di sana dengan lemas tak bergairah. kau mengatakan "aku mencatimu". "akupun demikian". aku bertanya, "seharian kau kemana saja". aku melanjutkan "aku melihatmu". "aku bertemu dengan bekas pacarku sewaktu di perkuliahan" kau menjelaskan dan berucap "apa kamu cemburu? aku tadi ditraktir minum kopi susu di tempat

Senin, 31 Oktober 2011

LAHAN DAN PENDIDIKAN



Ilmu pengetahuan yang kita peroleh di bangku sekolah adalah ilmu yang paling mendasar untuk kehidupan yang akan diteruskan serta ditempa dalam masa studi yang leih lanjut. Sebagai contoh adalah negara indonesia iniyang semakin hari teknologi semakin berkembang. Dan itu menjadikan manusia harus dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan sehari-hari. Utnuk ilmu pengetahuan di indonesia juga semakin hari semakin menuntut konsumennya agar mampu bersaing dengan konsumen lainnya. Hingga tuntutan itu semakin kuat seiring dengan pembangunan pabrik-pabrik atau industri-industri di berbagai segi, dari segi sandang, pangan, papan, barang-barang elektronik, pertanian dan masih banyak segi-segi yang lain. Yang menarik adalah dibidang pertanian, karena semakin meluasnya pasar dan gaya hidup masyarakat kebanyakan yang beragai macam. Sehingga menimbulkan hasrat para pemodal untuk menanamkan modalnya ke perusahaan-perusahaan demi keuntungan yang lebih dari biasanya. Dari sifat pengguna barang dan atau jasa tersebut telah ditanggapi para pengusaha untuk meningkatkan penjualan dan pengerukan keuntungan atas apa yang diproduksinya.

Minggu, 30 Oktober 2011

Jika kau tidak bisa meninggikan nilaimu untuk menaklukannya.
maka jadikanlah dia dengan nilai yang lebih rendah darimu.
tapi kau tetap wajib meninggikan nilaimu.
agar kau tetap bernilai.

AKU PADAMU

ketika engkau menari-nari di atas penderitaanku
maka aku akan berusaha memaarkanmu
ketika engkau bernyanyi-nyanyi di atas penderitaanku
maka aku tutup telingaku
jika engkau terbang ke awan
kuharap hujanlah yang menjatuhkanmu
ketika engkau memandangku
aku akan bertanya untuk apa semua itu
ketika engkau bernyanyi dan menari di atas penderitaanku
maka akan kubalas perbuatanmu
namun ketika engkau menangis
aku menangis kiranya
dan aku yang akan membahagiakanmu.

Rabu, 22 Juni 2011

PEJUANG

jerat nafas sang balatentara merah
menyala-nyala dari unjung timur hingga ujung barat
sumpah setia bukan sekedar bualan jenaka

persenjataan seadanya, hasil rampasan dari kaum perubahan
senapan angin yang ada
bukan digunakan untuk melukai badan sendiri
tentara rakyat di sebelah sana berjuang
tentara negera di sini berjuang demi uang

sebenarnya sahaya tidak bisa menuliskan kisah maupun puisi untuk kekuatan bumi pertiwi ini.....

Minggu, 15 Mei 2011

kau acuhkanku

ketika orang bertindak baik
belum tentu akan mendapat balasannya
jika orang mulai merasa bersalah
orang lain tiada yang tahu

kala itu aku datang dengan ketulusan
kala itu pula aku pulang dengan kebencian
aku tak mengharapkan kebencian itu datang
aku tak mengharapkan datang padaku

ketika aku datang atas protesmu
aku pulang dengan gerutuku
aku datang bukan sebagai terdakwa
aku juga bukan penyalah aturan

kau jadikan aku terdakwa tersidang
tanpa aku bersalah
aku hanya datang duduk diam menekur
mendengarkan celotehan kalian
yang tiada bobot-bobotnya

baiklah,
kau yang sebenarnya dibaliknya layar
kau yang mengundangku
kau juga yang mengacuhkanku pula

baikilah,
terimakasih buatmu wajah laknat
wajah kepalsuan, wajah durhaka

UNTUKMU



Dulu aku yang menyaksikanmu dari balik jendela. Indah rambutmu terpampang jelas dipelupuk mataku dan bau badanmu yang harum menyengat hidungku telah mampu menyita perhatianku untukmu. Aku juga tertarik dengan gigi-gigimu yang kurang rapih tapi menambah indah, wajahmu bulat telur kulit putih aduh seksi sekali. Aku melihatmu saat kau sedang menyajikan suaramu di depan muka umum. Kau begitu piawai dalam membawakan lagu dengan irama maupun nuansa yang terkandung didalamnya. Suaramu lembut seakan menidurkanku ke dalam buaian iramamu.
Sayang kau sudah mempunyai kekasih tambatan hati. Aku yang dengan diam-diam memuliakanmu dan jika aku mempunyai gambarmu pastilah sudah aku pajang dan selalu aku pandangi sampai kaki tanganku mulai jadi sarang laba-laba. Dan pasti tidak akan aku sampai bosan melihatmu. kau pernah merasakan perasaan tidak menentu jika kau bertemu dengan orang yang kau tidak mengenalnya. Jika kaupernah mersakannya pasti aku tidak berani untuk menanyakannya. Aku takut orang itu bukan aku yang kau pikirkan itu. Dan juga aku tidak ingin terjebak dalam perasaan malu tiada tandingan itu. Ketika kau berbicara aku ada-ada saja mencari tahu apa kau bicarakan dengan sekian lawan berbicaaramu. Aku menjadi penguping seperti tetangga-tetangga yang selalu mencari tahu segala borok dari keluarga lain.

Sabtu, 07 Mei 2011

Tangisnya terlunta-lunta


Tangisnya terlunta-lunta.
Tangis yang sangat perih.
Menyaksikan anak emasnya dicongkel matanya.
Pekikan suaranya keluar dan mampu mengiris kuping menusuk hati dan meledakan jantung.
Kelam sudah harapan ibundanya.
Terkulai lemah tak berdaya.
Wajah yang mulai sirna cahayanya.
Redup,remang-remang,gelap gulita kebahagiaanya.
Malam mencekam yang tak luput dari kesaksian burung hantu dengan mata melototnya.
Dan puluhan gagak yang menari-nari di atasnya bak penari-penari ronggeng.
Ikut larut dalam derita yang mendalam.
Tak seorangpun tahu. Tak ada hati yang luluh.
Manusia yang lain tidak mau bersusah tangan.
Yang lain itu gatal kupingnya.
Yang lain itu telah mati.
Yang lain hanya mengganti gigi-giginya dengan emas.
Yang dimana emas itu hanya kepalsuan bagi dirinya.
Namun bunda tidak marah.
Ia tetap berlapang dada.
Ia berkata "jangan hanya bola mata saja, tapi hati harus melihat".

Senin, 02 Mei 2011

SANG TAMU CANTIK


Malam yang menggoda, begitu panas melekat dikulit ini. Rasa-rasanya ingin membuka baju. Di bulan terakhir tahun 2010 tinggal menuggu datangnya penutup pintu dan membuka pintu baru tahun selanjutnya. Tahun yang akan terlewatkan dengan berjuta-juta cerita yang terarungi setiap kita bernafas. Penuh dengan sesak-sesak didada karena ulah kita sendiri. Sembrono. Membuat kita yang menjalani cerita pasti mengalami perwsaan kecewa tiada tara. Tak luput dengan halnya cinta, bisa cinta kita terhadap siapa saja dan apapun. Ketika bulan terakhir tiba kita akan sadar bahwa kita telah melalui sebelas bulan tapi yang menjadi pertanyaannya adalah apa yang kita lakukan di hari kemaren. Biasaakah, luar biasakah.

Ini kisahku di akhir-akhir tahun kemaren. Kisah cinta anak muda pada umumnya. September yang indah. Karena seorang wanita datang dengan tiba-tiba tanpa permisi di dalam hati. Dengan senyum manis manja yang pandai merayu. Kupersilahkan duduk dan ku suguhinya dengan setulus hati dan jiwa. Air putih yang kupunya dann belum sempat membuat minuman yang enak. Kusuguhi pula dengan makanan seadanya ibaratnya seperti itu. Yang sebenarnya di dalam hatiku belum mempunyai keistimewaan dalam urusan asmara. Sehingga dia hanya mencicipi makanan tidak menghabiskan hidangan yang kusuguhkan. Walaupun kusuguhi seperti itu dia nyatanya tetap masih kembali mengujungi rumah hatiku. Saat dia kembali lagi akan ku suguhinya dengan macam yang sama ternyata dia tidak ada persoalan dengan itu.

DARI DALAM KERTAS


Aku yang berada di dala kertas
Berusaha untuk berkoar-suara
Namun telinga-telinga itu
Siapa tahu dengan mereka

Aku adalah hasil dari goresan pena
Bertinta merah
Aku yang di dalam kertas
Kurang mendapat perhatian
Jarang terbaca oleh mata jahanam
Mata butanya para wakil rakyat

Aku di dalam kertas
Berkoar, memprotes, menuntutnya
Untuk hak-hak sejati rakyat
Aku di dalam kertas

Minggu, 24 April 2011

Pertemuan yang lain

Pertemuan itu adalah pertemuan kesekian kalinya sejak aku masih berusia sembilan tahun. Dia selalu menemuiku dikala aku sedang mengalami tekanan batin. Dia selalu yang memberi pendapat apa yang harus aku perbuat untuk hari selanjutnya, tapi aku tidak lupa dengan agamaku. Dia bukan tuhan ataupun malaikat yang menjelma menjadi manusia ataupun makhluk lain. Dan dia bukan alam jagat raya bahkan dia bukan manusia. Dia mungkin halusinasiku saja. Akan tetapi dia mengaku bahwa dia di utus oleh raja terdahulu untuk melindungi keturunannya. Ah aku rasa aku hanya menghayal. Tapi yang dikatakan selalu itu dan selalu itu.
Dia lelaki tua berjenggot putih berpakaian layaknya seorang sunan berjubah memancarkan cahaya putih. Mengenakan selendang emas dan bertongkat hitam. Wajahnya tidak terlalu jelas karena tersamarkan oleh cahaya yang ada di sekelilingnya. Pertemuanpun selalu dia yang menentukan dan dia tidak selale berkanan untuk menemuiku terlebih dahulu. Jadi akulah yang harus menemuinya. Dia selalu memberikan tanda untuk dimana aku harus menemuinya.

Segeralah Berjalan


Oleh : Fatir

Kala itu aku ingin melihatmu
Bukan melihat wajahmu
Bukan tubuhmu yang menggoda
Dan bukan birahiku yang aku penuhi

Aku ingin melihatmu berjalan
Aku ingin melihatmu menjauh
Aku ingin melihatmu menuju sangkarmu

Tetapi sebelumnya,
Ingin aku ucapkan selamat malam
Selamat tidur

Kala itu juga aklu ingin mendengar suara balasan
Entah mesrah entah biasa
Entah luar biasa

Seandainya
Sudah kuucapkan
Dan ucapanmu membalasnya
Aku ingin segera melihatmu
Aku ingin melihat cara berjalanmu

Ya, benar
Jika kau bertanya mengapa
Aku hanyua rindu lenggak-lenggok jalanmu
Segeralah berjalan manis
Segeralah menuju ruanganmu

Bukan jawabku
Jika kau bertabya hanya itu sajakah
Aku akan menjawab masih ada lagi yang aku rindu
Aku rindu dengan rambut teruraimu

Ya, rambutmu yang selalu terkibas kala berjalan
Nampak cantik teramat cantik

Tapi,
Hei kau manis, segeralah masuk ke dalam

Aku sudah amat rindu
Mungkin akan terobati jika kau berjalan
Malam ini cukuplah dengan ini
Cukup dengan jalanmu dan rambutmu

Malam ini sudah jam dua pagi
Segeralah masuk

Dan buanglah segala prasangka buruk
Atas permintaanku tadi
Ya, begitu manis.
Dalam hatiku kau cantik manis nan mempesona
Aku tersipu melihatmu
Meskipun kau tidak melihatku

Tapi aku menyasal
Karena permintaan itu hanyalah
Terpendam dalam hati
Aku tetap seperti dulu
Masih kaku untuk mengucapkan itu
Pasti malam ini aku susah tidur
ya benar
sekarang
aku masih terbayang
dan menyesalkan itu
itu aku menyesal
dan itu aku menyesal
sesal

Minggu, 17 April 2011

BUKAN ITU



tempat ini aku menulis, di sini pula aku menjadi tokoh dalam peristiwa mengerikan. Sampai tangan ini gemetar luar biasa saat menuliskan kalimat demi kalimat. Seakan otak ini sudah dipenuhi dengan vampir-vampir yang amat menakutkan. Jika hati yang kokoh tidak mampu menahan gejolak yang ada bagaimana dengan hati yang selalu labil dan selalu rapuh pastilah lebih menderita.
Kutuliskan cerita untuk mengenangnya. Awal cerita biasa saja seperti hari-hari yang kemarin-kemarin. Aku seorang mahasiswa disalah satu kampus swasta di jogja. Dan selain kesibukanku menjalani sebagai seorang mahasiswa aku juga menjadi seorang aktivis gerakan rakyat. Ada banyak cerita menydihkan dalam menjalani keseharian sebagai seorang aktivis. Salah satunya harus rela tubuh ini terkena benturan dari benda tumpul yang disabetkan oleh petugas keamanan setempat. Bahkan harus meringkuk di tahanan karena tindakan represif dari aparat kepolisian. Ini tidak berbeda dengan tahun 1966 sampai runtuhnya rezim soehato. Tapi sekarang ditahun 2011 ini gerakan yang mengatasnamakan rakyat selalu dibayang-bayangi oleh peristiwa-peristiwa sebelumnnya. Pemrintah tidak ingin diketahui kebusukannya oleh mahasiswa apalagi oleh masyarakat luas. Maka dari itu pemerintah selalu bertindak tegas terhadap mahasiswa dan membatasi gerak mahasiswa.

Pahlawanku



Oleh : fatir
Aku mendengar nafasmu
Ku mendengar dengan kedua kupingku
Begitu jelas terengah-engah
Begitu nyata di hadapanku
Bau badanmui menyengat
Keringatmu begitu lengket
Tanganmu keras
Perutmu seperti catakan batu bata
Lenganmu bagai tongkat pemukul angjing gila
Pundakmu mirip punggung kerbau
Kaki-kakimu kokoh
Ayunanmu seirama dengan irama tanah
Rumpun yang luas kau tunggui
Rumpun hijau hingga menguning
Dari kuning hingga jingga
Di gubuk renta dari anyaman bambu
Dan karyamu itu bagus sekali
Mirip dengan manusia dari kejauhan
Begitu menyeramkan bila didekati
Tubuh itu dari rajutan jerami
Jika ada kau membawa makanan
Walaupun kali ini tidak ada
Istrimu akan membawakannya
Ataupun anakmu yang akan datang
Aroma rumput yang harum
Tidak pernah mengganggumu
Semua terasa nikmat
Jika kau dekat dengan keluargamu
Negeramu juga membutuhkanmu
Hasil jerih payahmu adalah nyawaku
Kau adalah sesungguhnya pahlawan
Semua yang ada adalah pahlawan
Tidak! Bukan! Bukan mereka
Mereka yang memakan uangmu pak
Mereka yang memakan harta rakyat
Mererka adalah musuh pahlawan
Tani, buruh, nelayan dan rakyat
Adalah pahlawan bagi kita semua
Aku membutuhkanmu, aku perlu itu
Jayalah kau tani, jayalah pahlawanku

MANIS



By: Fatir


Dia terperangah saat melihatnya
Mengenakan pakaian kewanitaannya
Dia sangat menawan hati setiap mata memandang
Dia sangat cantik dan manis
Seakan membujuk orang untuk dapat melindunginya
Membujuk hati untuk mendekatinya
Membujuk pikiran untuk bertindak
Karena semut-semut selalu menjadi baying-bayangnya
Dia begitu mudah untuk mengubah keadaan
Ketenteraman jiwa akan terancam kalau
Menatap matanya, menatap wajahnya, meminang hatinya
Peperangan akan terpecah jikalau orang mendekatinya
Karena dia sangat manis
Manis selalu mengundang semut yang lain untuk berebut
Lihatlah dia sedang menambahkan gulanya
Bahkan gula itu tidak perlu dicari
Manisnya datang sendirinya
Gaun wanitanya oh indahnya
Oh indahnya gaun itu
Semua orang ingin melihatnya
Bahkan seorang pengeran akn meminangnya
Meleburlah hati menjadi manis pula

Senin, 11 April 2011

Hai Saja


Oleh : fatir
Ketika dalam mimpi
Aku meratapkan hati sejenak
Aku di alam yang berbeda kala itu
Aku melihatu dalam mimpi
Rambut panjangmu lepas terurai
Tergerai angin
Angina yang senantiasa mengahadang
Kau jalan
Kau melangkah satu anak tangga
Tapi aku tidak memanggilmu
Aku akan pendam sapaanku
Tak akan aku ucapkan dulu
Entah siapa yang memanggilmu
Klau menolehkan muka
Dengan kacamatamu menatapku
Kau perlihatkan muka yang biasa
Senyuman biasa, tertawa biasa dan sapaan biasa
Aku belum menyapamu
Sebaiknya kau lanjutkan jalanmu dulu
Barulah kita saling bersapa-sapa
Bersapa hai
Hai,,,mungkin hanya itu saja
Entah cukup entah tidak
Segeralah anak tangga kedua kau injak
Begitu juga anak tangga ketiga kau injak pula
Benar begitu lebih baik
Itu lebih indah ku pandang
Kau lebih cantik jika begitu
Segeralah menaiki tangga itu
Naiklah segera
Aku masih di bawah sepertinya
Mungkin masih ingin menyapaamu
Ya, tentunya di bawah ini saja
Untuk hari ini mungkin itu saja
Tapi jangan khawatir
Mungkin masih banyak waktu untuk menyapamu
Mungkin masih banyak kata yang aku ucapkan
Dan mungkin nanti saja
Tapi nanti setelah dari atas
Aku hanya berucap kata,,,
Hai.