Minggu, 15 Mei 2011

kau acuhkanku

ketika orang bertindak baik
belum tentu akan mendapat balasannya
jika orang mulai merasa bersalah
orang lain tiada yang tahu

kala itu aku datang dengan ketulusan
kala itu pula aku pulang dengan kebencian
aku tak mengharapkan kebencian itu datang
aku tak mengharapkan datang padaku

ketika aku datang atas protesmu
aku pulang dengan gerutuku
aku datang bukan sebagai terdakwa
aku juga bukan penyalah aturan

kau jadikan aku terdakwa tersidang
tanpa aku bersalah
aku hanya datang duduk diam menekur
mendengarkan celotehan kalian
yang tiada bobot-bobotnya

baiklah,
kau yang sebenarnya dibaliknya layar
kau yang mengundangku
kau juga yang mengacuhkanku pula

baikilah,
terimakasih buatmu wajah laknat
wajah kepalsuan, wajah durhaka

UNTUKMU



Dulu aku yang menyaksikanmu dari balik jendela. Indah rambutmu terpampang jelas dipelupuk mataku dan bau badanmu yang harum menyengat hidungku telah mampu menyita perhatianku untukmu. Aku juga tertarik dengan gigi-gigimu yang kurang rapih tapi menambah indah, wajahmu bulat telur kulit putih aduh seksi sekali. Aku melihatmu saat kau sedang menyajikan suaramu di depan muka umum. Kau begitu piawai dalam membawakan lagu dengan irama maupun nuansa yang terkandung didalamnya. Suaramu lembut seakan menidurkanku ke dalam buaian iramamu.
Sayang kau sudah mempunyai kekasih tambatan hati. Aku yang dengan diam-diam memuliakanmu dan jika aku mempunyai gambarmu pastilah sudah aku pajang dan selalu aku pandangi sampai kaki tanganku mulai jadi sarang laba-laba. Dan pasti tidak akan aku sampai bosan melihatmu. kau pernah merasakan perasaan tidak menentu jika kau bertemu dengan orang yang kau tidak mengenalnya. Jika kaupernah mersakannya pasti aku tidak berani untuk menanyakannya. Aku takut orang itu bukan aku yang kau pikirkan itu. Dan juga aku tidak ingin terjebak dalam perasaan malu tiada tandingan itu. Ketika kau berbicara aku ada-ada saja mencari tahu apa kau bicarakan dengan sekian lawan berbicaaramu. Aku menjadi penguping seperti tetangga-tetangga yang selalu mencari tahu segala borok dari keluarga lain.

Sabtu, 07 Mei 2011

Tangisnya terlunta-lunta


Tangisnya terlunta-lunta.
Tangis yang sangat perih.
Menyaksikan anak emasnya dicongkel matanya.
Pekikan suaranya keluar dan mampu mengiris kuping menusuk hati dan meledakan jantung.
Kelam sudah harapan ibundanya.
Terkulai lemah tak berdaya.
Wajah yang mulai sirna cahayanya.
Redup,remang-remang,gelap gulita kebahagiaanya.
Malam mencekam yang tak luput dari kesaksian burung hantu dengan mata melototnya.
Dan puluhan gagak yang menari-nari di atasnya bak penari-penari ronggeng.
Ikut larut dalam derita yang mendalam.
Tak seorangpun tahu. Tak ada hati yang luluh.
Manusia yang lain tidak mau bersusah tangan.
Yang lain itu gatal kupingnya.
Yang lain itu telah mati.
Yang lain hanya mengganti gigi-giginya dengan emas.
Yang dimana emas itu hanya kepalsuan bagi dirinya.
Namun bunda tidak marah.
Ia tetap berlapang dada.
Ia berkata "jangan hanya bola mata saja, tapi hati harus melihat".

Senin, 02 Mei 2011

SANG TAMU CANTIK


Malam yang menggoda, begitu panas melekat dikulit ini. Rasa-rasanya ingin membuka baju. Di bulan terakhir tahun 2010 tinggal menuggu datangnya penutup pintu dan membuka pintu baru tahun selanjutnya. Tahun yang akan terlewatkan dengan berjuta-juta cerita yang terarungi setiap kita bernafas. Penuh dengan sesak-sesak didada karena ulah kita sendiri. Sembrono. Membuat kita yang menjalani cerita pasti mengalami perwsaan kecewa tiada tara. Tak luput dengan halnya cinta, bisa cinta kita terhadap siapa saja dan apapun. Ketika bulan terakhir tiba kita akan sadar bahwa kita telah melalui sebelas bulan tapi yang menjadi pertanyaannya adalah apa yang kita lakukan di hari kemaren. Biasaakah, luar biasakah.

Ini kisahku di akhir-akhir tahun kemaren. Kisah cinta anak muda pada umumnya. September yang indah. Karena seorang wanita datang dengan tiba-tiba tanpa permisi di dalam hati. Dengan senyum manis manja yang pandai merayu. Kupersilahkan duduk dan ku suguhinya dengan setulus hati dan jiwa. Air putih yang kupunya dann belum sempat membuat minuman yang enak. Kusuguhi pula dengan makanan seadanya ibaratnya seperti itu. Yang sebenarnya di dalam hatiku belum mempunyai keistimewaan dalam urusan asmara. Sehingga dia hanya mencicipi makanan tidak menghabiskan hidangan yang kusuguhkan. Walaupun kusuguhi seperti itu dia nyatanya tetap masih kembali mengujungi rumah hatiku. Saat dia kembali lagi akan ku suguhinya dengan macam yang sama ternyata dia tidak ada persoalan dengan itu.

DARI DALAM KERTAS


Aku yang berada di dala kertas
Berusaha untuk berkoar-suara
Namun telinga-telinga itu
Siapa tahu dengan mereka

Aku adalah hasil dari goresan pena
Bertinta merah
Aku yang di dalam kertas
Kurang mendapat perhatian
Jarang terbaca oleh mata jahanam
Mata butanya para wakil rakyat

Aku di dalam kertas
Berkoar, memprotes, menuntutnya
Untuk hak-hak sejati rakyat
Aku di dalam kertas