Senin, 30 Desember 2013

Pergi Kau Ramai

aku bosan dengan ramai
ramai selalu di belakang punggungku
risih telingaku !
aku ingin berteduh

hujan ludah di belakangku !
mengancam kesadaranku !
dasar pembuang ludah !

aku ingin memeluk sepi
sunyi ingin pergi dariku
sunyi mendekaplah kejantungku

aku ingin memelukmu sunyi
temani aku wahai sunyi.

SAAT JARIKU BERBICARA NGAWUR

jemariku mulai ngawur lagi........sial !

jemariku kembali menyentuh papan huruf, mengulik-ngulik, dan menukilkan secerca kalimah ala kadarnya. begitu banyak yang menyertaiku dalam peliknya nafas insani ini. kemuliaan dan kehangatan belai kasih ibuku senantiasa menyurutkan gejolak beringasku. 


pun begitu banyak cinta yang menyertaiku, saat sayap-sayap keangkuhanku merenggut sendi kejujuranku. cinta yang tetap bersemayam, senantiasa, senantiasa, senantiasa tidak bisa kukiaskan dalam rupa dan bahasa. 


tangan ini beradu dengan tombol-tombol berhuruf merangkai jutaan huruf, yang sebenarnya selama ini tidak dapat mewakilkan rasa terimakasihku kepada orang di sekelilingku. 

kupangku kegelisahanmu sayangku, kuangkat persoalanmu, dan kurampungkan semua-mua hingga kau menangis dengan mengeluarkan air kencing. sungguh naif jariku.

 

memang penabuh belum jua memukul genderangnya, namun suara dentuman meriam sangat karang dalam otakku. apa yang akan kau katakan padaku saat bau anyir sudah menggumulimi. dan ribuan burung gagak seolah bergoyang memutar pantatnya. aku tetap berusaha menemanimu. 

 

dengarkan jeritannya saat sudah sayup-sayup menjemput. kuharap engkau tidak sibuk dengan akar serabut diketiak anjingmu. atau milikmu sendiri.