Perenungan yang
kesekian kalinya kulakukan hingga mencapai puncak kesadaranku. Perlulah kusadari
bahwa memang pengorbanan yang sesuai akan menghasilkan apa yang kuinginkan. Namun
tidak menutup kemungkinan bahwa pengorbanan lebih kecil daripada hasilnya atau
juga sebaliknya. Kurasakan tulang-tulangku merasakan linu saat kembali
kutersadar oleh dinginnnya malam di warung kopi. Seduhan kopi yang semula panas
kini terasa air hujan tiada rasa.
Duhai malam
kenapa engkau membangkitkan memoriku disaat aku terperanjat kalut seperti ini,
engkeu pastinya dengan sengaja agar aku semakin tersiksa batin.
Aku kiranya
sudah menghafalkan lekukan demi lekukannya. Tak perlu kau membantuku untuk
mengingat-ingatnya lagi. Aku sudah mahir. Segalanya aku sudah mahir. Ditambah lagi
dengan kesombonganku ini, engkau tak berhak mengusikku duhai malam keparat. Aku
masih bisa mengingatnya sendiri.
Wahai
malam, kini perbuatanmu membuatku benar – benar membuka memori kelamku. Aku hanyalah
wanita lemah. Kanapa aku harus mengingatnya. Lelaki yang membuatku
terpingkal-pingkal hingga brgulingan di lantai, lelaki yang membuatku berjingkrak-jingkrak
dan bertingkah kekanak-kanakan hingga seperti kesurupan setan bahagia, dan
lelaki yang pernah membuatku terlelap dalam dekapannya. Bahkan yang membuatku
serasa sesak dadaku, membuat tenggorokanku tak bisa menelan makana. Hingga air
mata selalu menetes saat malam hingga pagi menjemput. Aku hanyalah wanita yang
tak berdaya jika tak bersanding dengan pelindung ragaku dan jiwaku.
Malam,
kembalikan amnesiaku tentang sosok lelaki itu. Jangan kau menambahkan cerita
khayalan baru, sungguh aku tak perlu itu.
Duhai
malam, jika engkau tak ingin menolongku untuk mengobatiku maka engkau sebaiknya
tak usah mengitariku duhai malam, aku ingin engkau lenyap duhai malam. Semuanya
sudah tidak dapat diperbaiki lagi, semuanya hilang dari dadaku. Belaian pada
rambutku, sentuhan tangannya yang menenggelamkan perasaanku, dan pundaknya yang
santai aku sandari berjam-jam. Tempatku bercurah perasaan suka-duka,
marah-senang, benci dan cinta. Semuanya ada padanya. Lelaki yang memabukanku
disetiap waktu.
Duhai
malam apakah engkau merasakan apa yang aku alami ini. Apakah kau memahami
perasaanku saat ini. Perasaan wanita yang manja ini. Wahai malam jangan engkau
diam saja, sambutlah perkataanku, jawablah pertanyaa – pertanyaanku ini. Janganlah
engkau membisu wahai malam. Rasakanlah penderitaan batinku ini wahai malam.
Baiklah
malam, jika engkau tak juga menjawabku untuk apa semua perjuanganku untuk
bangkit dari semuanya. Akan lebih baik kita akhiri semua-mua. Lebih baik juga
kau ku akhiri malam. Aku ingin bunuh diri bersamamu. Duhai malam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar