“Ternyata hasil rampokan kita hari ini tidak ada nilainya. Tapi ini? Nyi
ini apa, kok bentuknya aneh sekali. Baru pertama kali aku melihat yang seperti
ini?”, tanya Ki Darmo. “serahkan kitab itu, itu adalah kitab yang selama ini di
perebutkan di dunia persilatan. Cepat serahkan padaku”, jawab Nyi Darsih dengan
agak membentak. “tunggu dulu aku ingin memastikannya”, sergah Ki Darmo sambil
menyuruh isterinya untuk bersabar.
“hei!, apa kau ini ingin menguasainya sendiri ?!” “apa kau pikir kau
mampu untuk menguasai seluk beluk isinya? Serahkan kitab itu padaku biar aku
yang mengajarkannya untukmu!” suara Nyi Darsih membentak suaminya Ki Darmo.
“sabar to nyi, aku hanya ingin mengtahui isi kitab pinilih ini sebentar, jangan
kau menaruh curiga padaku. Ada baiknya kita pelajari ini sama-sama dengan
seksama”, jawab Ki Darmo sekenanya. “serahkan kitab itu!” bentak Nyi Darsih
lebih keras hingga ludah merah menyembur kesana kemari. Dengan cekatan tangan
suaminya membersihkan ludah yang menempel di mukanya. Ternyata pada saat Nyi
Darsih sedang marah-marah tak keruan digunakanlah kesempatan ki darmo untuk
membawa kabur kitab pinilih itu. Melihat gelagat suaminya yang membawa kabur
buku itu sontak Nyi Darsih menerjang tubuh suaminya dari belakang. “KEPARAT KAU
DARMO!, jangan kau bawa kabur kitab itu. Serahkan kitab itu! Cepat!” teriak Nyi
Darsih sambil melayangkan serangan kepada Ki Darmo. Sabetan tongkat kayu
melesat tepat kearah kepala suaminya namun dengan tidak kalah cepat Ki Darmo
menangkis serangan isterinya tersebut dengan tangan kiri yang membawa buku
pinilih.
Terjadilah perkelahian diantaranya sambil Ki Darmo terus menyuruh
isterinya untuk bersabar. Hantaman tangan kiri Ki Darmo sangat cepat dan
mengenai perut isterinya dan dengan segejap menyebabkan amarah di dalam hati
Nyi Darsih. Dengan menggila Nyi Darsih menyerang suaminya secar beruntun dan
bertubi-tubi hingga pada akhirnya Ki Darmo pun kewalahan menghadapi isterinya
yang semakin kesetanan. Tanpa sengaja Ki Darmo kehilangan kitab itu dari
genggaman tangannya dan menghentikan pertarungan itu. “nyi, sudah nyi. Bukankah
apa yang kau inginkan sudah aku berikan?”, “kurang ajar! Jangan meremahkan
kemampuanku. Aku tak buta. Serahkan kitab itu ki!”, jawab nyi Darsih berang. Dengan
cekatan suaminya menghentikan pergerakan dari isterinya. “lihatlah kitabnya tidak
ada tubuhku kan”, terang Ki Darmo. “sialan, keparat kau darmo kau sembunyikan
dimana kitab itu?!”, tanya nyi Darsih masih berang. Tanpa mempedulikan
pertanyaan nyi darsih, ki Darmo mencari di mana terjatuhnya kitab itu saat
perkelahian tadi. “jangan berpura-pura kau ki!”. “aku bersungguh-sungguh, aku
kehilangan buku itu nyi”, terang ki Darmo pada nyi Darsih. “lepaskan totokanmu
ini ki, akan kucari kitab itu”. Totokan ki Darmo pun dilepaskan dan nyi darsih
menendang bokong suaminya dengan keras dan tanpa ampun. “kau ke manakan kitab
itu, benar-benar ceroboh kau ki. Cepat cari kitab itu!!!!”
wah KDRT
BalasHapussepenggal saja,,,,karena KDRT itu masih banyak caranya.
BalasHapus