Sabtu, 30 Maret 2013

Kitab Banyugeni 1

“Ternyata hasil rampokan kita hari ini tidak ada nilainya. Tapi ini? Nyi ini apa, kok bentuknya aneh sekali. Baru pertama kali aku melihat yang seperti ini?”, tanya Ki Darmo. “serahkan kitab itu, itu adalah kitab yang selama ini di perebutkan di dunia persilatan. Cepat serahkan padaku”, jawab Nyi Darsih dengan agak membentak. “tunggu dulu aku ingin memastikannya”, sergah Ki Darmo sambil menyuruh isterinya untuk bersabar.
“hei!, apa kau ini ingin menguasainya sendiri ?!” “apa kau pikir kau mampu untuk menguasai seluk beluk isinya? Serahkan kitab itu padaku biar aku yang mengajarkannya untukmu!” suara Nyi Darsih membentak suaminya Ki Darmo.
“sabar to nyi, aku hanya ingin mengtahui isi kitab pinilih ini sebentar, jangan kau menaruh curiga padaku. Ada baiknya kita pelajari ini sama-sama dengan seksama”, jawab Ki Darmo sekenanya. “serahkan kitab itu!” bentak Nyi Darsih lebih keras hingga ludah merah menyembur kesana kemari. Dengan cekatan tangan suaminya membersihkan ludah yang menempel di mukanya. Ternyata pada saat Nyi Darsih sedang marah-marah tak keruan digunakanlah kesempatan ki darmo untuk membawa kabur kitab pinilih itu. Melihat gelagat suaminya yang membawa kabur buku itu sontak Nyi Darsih menerjang tubuh suaminya dari belakang. “KEPARAT KAU DARMO!, jangan kau bawa kabur kitab itu. Serahkan kitab itu! Cepat!” teriak Nyi Darsih sambil melayangkan serangan kepada Ki Darmo. Sabetan tongkat kayu melesat tepat kearah kepala suaminya namun dengan tidak kalah cepat Ki Darmo menangkis serangan isterinya tersebut dengan tangan kiri yang membawa buku pinilih.
Terjadilah perkelahian diantaranya sambil Ki Darmo terus menyuruh isterinya untuk bersabar. Hantaman tangan kiri Ki Darmo sangat cepat dan mengenai perut isterinya dan dengan segejap menyebabkan amarah di dalam hati Nyi Darsih. Dengan menggila Nyi Darsih menyerang suaminya secar beruntun dan bertubi-tubi hingga pada akhirnya Ki Darmo pun kewalahan menghadapi isterinya yang semakin kesetanan. Tanpa sengaja Ki Darmo kehilangan kitab itu dari genggaman tangannya dan menghentikan pertarungan itu. “nyi, sudah nyi. Bukankah apa yang kau inginkan sudah aku berikan?”, “kurang ajar! Jangan meremahkan kemampuanku. Aku tak buta. Serahkan kitab itu ki!”, jawab nyi Darsih berang. Dengan cekatan suaminya menghentikan pergerakan dari isterinya. “lihatlah kitabnya tidak ada tubuhku kan”, terang Ki Darmo. “sialan, keparat kau darmo kau sembunyikan dimana kitab itu?!”, tanya nyi Darsih masih berang. Tanpa mempedulikan pertanyaan nyi darsih, ki Darmo mencari di mana terjatuhnya kitab itu saat perkelahian tadi. “jangan berpura-pura kau ki!”. “aku bersungguh-sungguh, aku kehilangan buku itu nyi”, terang ki Darmo pada nyi Darsih. “lepaskan totokanmu ini ki, akan kucari kitab itu”. Totokan ki Darmo pun dilepaskan dan nyi darsih menendang bokong suaminya dengan keras dan tanpa ampun. “kau ke manakan kitab itu, benar-benar ceroboh kau ki. Cepat cari kitab itu!!!!”

2 komentar: