Adalah seorang resi dari tanah gemuling yang melakukan persemedian
kemudian dia menciptakan kitab-kitab untuk diabdikan kepada kaumnya. Pada masa
itu munculah kitab-kitab terkenal salah satunya kitab banyugeni. Kitab tersebut
menjadi rebutan banyak pihak mulai dari rakyat jelata sampai priyayi dan
raja-raja tidak terkecuali dengan para begundal-begundal jalanan. Kitab itu
memang mempunyai kekuatan yang berbeda dari yang lain, karena kitab itu dapat
dijadikan batu loncatan untuk menuai kejayaan harta, kejayaan martabat sampai
kekuasaan daerah. Hingga perebutan itu sampai mengorbankan nyawa orang-orang
yang tidak berdosa karena buku ini hanya satu-satunya di jagat ini.
Hingga usia tiga ratus lima puluh tahun lebih kitab ini menjadi rebutan. Perkelahian
semakin semarak diiringi perkembangan ilmu kanuragan yang semakin berubah jaman
semakin hebat dan tentunya semakin sadis dalam pertempuran. Salah seorang yang
diperhitungkan dalam dunia persilatan adalah Joko Dedeg karena mempunyai ilmu
yang mumpuni. Dia pun tanpa ampun dalam melayani musuh-musuhnya. Joko Dedeg
adalah seorang perampok namun mempunyai hati dan rasa welas asih terhadap kaum
lemah. Di beberapa daerah namanya pun mentereng dengan ilmu tinggi dan paras
rupawan.
Terdengar kitab Banyugeni sekarang sampai di tempat yang tidak jauh dari
tempat Joko Dedeg menetap. Dari perbincangan pelayan warung makan itu
didapatkan kesimpulan bahwa kitab itu dibawa oleh priyayi menuju kearah barat.
Dengan mengira-ngira jalan mana yang dilalui rombongan priyayi itu dia berupaya membuntutinya. Tidak lama
kemudian dia mendengar keributan di tengah hutan seperti terjadi perkelahian dan
menuju suara itu berasal. Benar saja bahwa ada perkelahian sengit antara
rombongan berpenampilan priyayi dengan rombongan yang berpenampilan sangar dan
itu adalah rombongan permapok. Pertarungan sangat sengit hingga
menyisakan empat orang masing-masing rombongan dua orang.
Joko Dedeg segera turun dari atas pohon yang digunakannya untuk mengawasi
pertarungan. Dia mendarat tepat di tengah-tengah pertempuran. Pertarungan
berhenti sejenak karena kedua rombongan itu terkejut dengan kedatangan joko dedeg.
“ha ha ha, rupanya kau thole Dedeg. Apa kau ingin bermain denganku?” ucap orang
yang berwajah sangar. “seperti biasa kau tidak memperhatikan sekelilingmu ki
jenggolo dari Banyuwetan”, ucap joko dedeg."rupanya kau masih ingat denganku ha!!? ha ha ha ha",gelegar tawa ki Jenggolo terdengar sangat menyengat. “hei, anak muda kenapa kau ikut
campur?!”, priyayi yang sedari tadi diam saja menanyakan apa tujuan pemuda
tampan dan gagah ini. “diam kau priyayi jahanam, kau tak ubahnya dengan sampah.
Perbuatanmu tidak berbeda dengan binatang yang tega memungut upeti tinggi
dengan rakyat yang kesulitan dalam mencari penghidupan”, terang joko dedeg
dengan gamblangnya. Mendengar ucapan itu sontak membuat kedua priyayi itu naik
pitam. “kurang ajar kau bocah!” priyayi berang. Perkelahian saat ini sama-sama
menghadapi dua musuh.
Pryiayi yang semula labih unggul sekarang menjadi kewalahan karena
bingung mengatasi perlawanan yang dari segala arah. Akhirnya kedua priyayi itu
kehilangan kitab yang seddari tadi dalam kotak kecil terbungkus kain lurik.
Semakin terpojok kedua priyayi itu kabur melarikan diri daripada mati dan tanpa
hasil yang diharapkan.
Pertarungan yang sebenarnya adalah antara joko dedeg dan ki jenggolo yang
sejak dulu sudah bertikai antar sesama perampok. “hei, kau tidak bakalan
menang melawan kami berdua. Apa kau sudah lupa dengan kekalahan memalukan yang
kau alami itu thole dedeg”, begitu panggilan ki jenggolo pada joko dedeg. “ha
ha ha, kau sudah tamak ki. Apa kau pikir aku tidak berkembang sedikitpun”,
tungkas joko dedeg. “kita buktikan saja!”, tantang ki jenggolo. Mereka bertiga
terlibat dalm pertarungan lagi dan membuat joko dedeg kewalahan dan tersungkur
ketanah. Dengan ajian pamungkas tangan besi ki jenggolo dari banyuwetan
menerjang ke arah joko dedeg. Tak sempat joko mengeluarkan ajian untuk
menandingi lawannya. Terancamlah keselamatan jiwa joko dedeg. Namun seketika
datanglah sosok wanita muncul dihadapan joko dedeg. Dan. “buuuk!!!” suara
benturan antara tangan ki jenggolo dengan punggung wanita itu. “Dewi Wardani!
Apa yang kamu lakukan. Dasar perempuan bodoh”, teriak joko dedeg. “biarlah aku
bodoh, aku bodoh karena mencintaimu kakang. Selamanya aku menyayangimu dan
mencintaimu. Selamat tinggal kakang dedeg”, Dewi Wardani terabata-bata
mengucapkan salam perpisahannya. “sadarlah nyai Dewi...!!”, teriak
joko dedeg.
Sekuat tenaga joko dedeg mengumpulkan ajian pamungkasnya untuk menuntut
balas pada ki jenggolo. Dan “Blaaar!!!” suara pecah menggelegar ke langit tubuh
ki jenggolo terpental samapi lima meter. Namun ki jenggolo tidak terlalu parah
lukanya. Melihat keadaan ki jenggolo yang tidak mempan dengan serangan
terakhirnya joko dedeg secepatnya melarikan diri membawa kitab Banyugeni dan
menggendong mayat wanita yang dicintainya. Sekuat tenaga dan dengan tenaga yang
tersisa akhirnya joko dapat meloloskan diri dari kejaran ki jenggolo dengan
kecerdikannya pula. dalam hati joko dedeg bertanya mengapa kehidupan manusia sangatlah rentan terhadap keadaan yang tidak kekal ini. "sehebat apakah kitab ini hingga aku malah enggan melihatnya sekarang?".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar