Sabtu, 07 Mei 2011

Tangisnya terlunta-lunta


Tangisnya terlunta-lunta.
Tangis yang sangat perih.
Menyaksikan anak emasnya dicongkel matanya.
Pekikan suaranya keluar dan mampu mengiris kuping menusuk hati dan meledakan jantung.
Kelam sudah harapan ibundanya.
Terkulai lemah tak berdaya.
Wajah yang mulai sirna cahayanya.
Redup,remang-remang,gelap gulita kebahagiaanya.
Malam mencekam yang tak luput dari kesaksian burung hantu dengan mata melototnya.
Dan puluhan gagak yang menari-nari di atasnya bak penari-penari ronggeng.
Ikut larut dalam derita yang mendalam.
Tak seorangpun tahu. Tak ada hati yang luluh.
Manusia yang lain tidak mau bersusah tangan.
Yang lain itu gatal kupingnya.
Yang lain itu telah mati.
Yang lain hanya mengganti gigi-giginya dengan emas.
Yang dimana emas itu hanya kepalsuan bagi dirinya.
Namun bunda tidak marah.
Ia tetap berlapang dada.
Ia berkata "jangan hanya bola mata saja, tapi hati harus melihat".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar