Kamis, 29 Desember 2011

KAU MASIH TEGAR?

“Ah….sialan!” keluh kesahmu seperti menepiskan biji salak yang bersarang di kepalamu. Kutanya kenapa engkau seperti hendak meronta. Kau mencercakan kegelisahanmu. Ku cermati dengan seksama apa yang kau tuturkan. Kalimat demi kalimat kucerna dalam-dalam hingga aku mengerti dan seperti akupun ikut merasakan apa yang kau alami. Kau menceritakan dengan penuh semangat, kadang lengang, kadang tersedu-sedan, terkadang pula kau sempat dengan menundukkan kepala dan berkaca-kaca dikedua matamu. Sehingga akupun tidak tahu apa yang dapat aku perbantukan. Namun jika kau membutuhkan, akan kulakukan apa yang membuatmu menata kembali kehidupanmu.
Dahulu kau ceritakan. Kira-kira ceritamu begini.
            Seperetinya hubungan kami akan menyenangkan dan akan selalu diwarnai dengan kebahagiaan yang tiada henti-hentinya. Dimana kami berdua saling memberikan kasih sayang kemana-mana selalu berdua kecuali saat ke
kamar kecil. Hahahah.... pernah kami bepergian ke daerah pegunungan. Nah, di sana kami sungguh menikmati udara emhhhh,,,,segaaar sekali,pemandangannya sangat ouhhh...!!!!dimana-mana nampak kehijau-hijauan dan sejauh mata memandang memperlihatkan asli birunya alam langit sungguh memanjakan setiap mata memandang. Kami berfoto-foto, lari-larian, loncat, bahkan sempat kami kejar-kejaran. Hingga senja akan datang kami sempat duduk-duduk berdampingan dan membicarakan hal-hal yaeng romantis dan tidak ketinggalan kami pun berandai-andai. Andai ini andai itu andai begini andai begitu pokoknya banyak deh yang kami obrolin.
            Lain lagi saat kami menghadiri pesta pernikahan kerabat kami. Di sana sepanjang kesempatan kami selalu bercanda-candu hahahaha,,,,aku bilang seperti ini ”sayang, yuk nikah sekalian yuk” ajakku sedang bercanda pula. ”ah,,,kau ini sayangku, lagi-lagi kau menggodaku, okee,,,aku jabanin nih, yuk sekarang kita daftar dulu di penghulunya tapi kira-kira biaya pendaftarannya berapa ya,,,?” ocehannya yang hanya sedikit jeda. Namun ada kalanya kami sama-sama saling cemburu, yaah, tahulah seperti apa cemburu itu seperti apa. Dan kata orang-orang cemburu adalah tanda orang itu sayang kepada kita. Hahahaha,,,tapi kami memang tetap saling menyayangi satu sama lain. Setiap kali bertengkar selalu ada yang menengahi entah itu aku sendiri ataupun dia yang menengahinya. Ouh, itu membuatku terasa amat sangat romantis sekali. Ketika kami sudah mencapai titik-titik jenuh kami harus berusaha membangun semangat kami lagi. Sebelum kami melakukan itu, kami harus melupakan usaha itu, kami terpaksa meninggalkan semua upaya. Orang tuanya akhirnya mengambil keputusan bahwa hubungan kami harus berhenti. Aku tidak tahu mengapa itu terjadi demikian. Kekasihku pun menuturakan itu padaku juga, kira-kira seperti ini, ”kita harus berpisah. Orang tuaku tidak sepakat dengan hubungan kita.” itu katanya. Kata dari kekasihku. Dan akhirnya aku faham dan mengerti kenapa begitu. Aku tahu siapa sebenarnya aku ini. Aku hanyalah orang yang penuh dosa. Aku bukan orang baik. Dan aku tidak baik untuk dirinya. Mungkin apa ya, apa mungkin aku bergaya hidup mewah, apa mungkin karena aku mudah bergaul dengan orang lain. Memang aku mudah berteman dengan teman lawan jenisku walaupun itu baru kenal. Dan aku menyadari dulu aku sempat lima hari pergi dari rumah tanpa ada masalah atau konflik dengan orang rumah, tanpa berpamitan dan tanpa pemberitahuan terhadap orang rumah pula. Dari kejadian itu aku dianggap orang sebagai orang yang tidak baik. Tapi aku tidak melakukan perbuatan yang aneh-aneh. Aku tidak berbuat yang tidak senonoh dan aku masih menjaga harkat dan martabatku sebagai manusia seperti halanya manusia yang lainnya. Yaaahh,,,,tapi masyarakat sudah terlanjur menganggapku sebagai orang yang dapat memberikan kepuasan atas nafsu-nafsu berahi nafsu bejat dari orang lain. Dan aku yakin keluarga kekasihku itu juda beranggapan seperti orang-orang. Sebenarnya aku merintih, aku selalu menangis didepanjang malam sampai saat ini, dikala aku teringat padanya aku selalu menangis kenapa hal semacam ini aku alami. Aku tetap menyayanginya walaupun kami tidak akan pernah disatukan kembali. Aku masih ingin selalu mencium pipinya, bibirnya, dan aku masih ingin selalu dipeluknya, dekapnya, dan dengan belaian kasih sayangnya. Itu saja yang ingin aku ceritakan. Terima kasih kau mau mendengarkan curahanku.
            Itulah yang kau ceritakan padaku ketika itu. Sampai saat ini aku masih tertanam dalam benakku. Kaulah yang menjadi sebagian untuk aku telaah. Sebagai perempuan engkau masih mampu untuk tegar kembali. Dan aku yakin pacarmu itu juga masih menyayangimu. Dia juga lelaki yang baik karena dia mematuhi perkataan orang tuanya. Dan aku yakin penilaiannya terhadapmu berbeda dengan khalayak ramai. Ceritamu terus menggelepar dalam ingatanku.

1 komentar: