Kamis, 23 Mei 2013

Kembang Fajar



Senja itu kudapatkan satu karunianya dalam sesaknya ingatan masa lalu, itu adalah kembang fajar. Dialah kembang yang memperlihatkan keanggunannya diantara kembang-kembang yang lainnya. Saat fajar itu, kutemui dalam kisah semu antara bayang-bayang kemunafikan dan juga gemerlapnya pengkerdilan akalku. Dialah kembang fajar yang mampu membangkitkan gairah saat mulainya kebencian merasuk kedalam dentuman jantungku. Pori-poriku yang dipenuhi kata cacian dan hinaan kini mulai memberengut kabur mencari induk semang baru. Mungkin sadarku kini masih dalam keadaan tidak sadar, karena kenapa hanya si kembang fajarlah yang hanya  mampu memberikan persetannya.

Karena aku ingin membunuhnya lagi. Perasaan itu mampu kupercayai seutuhnya. Kau harusnya kubunuh saat kau mulai menjalari sarafku. Kau mungkin senang jika aku membunuhmu kala itu. Dan kau mungkin tak usah meminta maaf saat ini jika membuat suatu kesalahan padaku ataupun yang lainnya.
Percayakanlah padaku wahai kasih. Aku akan membuatmu tenang dan merasakan aman jika berada di dalam sana. Dekat palung jiwa samudera hati dan embun kata-kata. Namun jika itu tidak membuatmu berlaku layaknya kembang sejati hendaknya rontokkan saja kelopak-kelopakmu itu.
Kembang fajar, benarkah itu. Aku mulai risau saat kau mulai lupa akan jati dirimu. Haruskah aku jua yang mengingatkanmu bahwa kau adalah kembang. Berlakulah selayaknya kembang.
“Benarkah ini yang ditulisnya sebelum ia pergi?”, kau bertanya padaku. Aku hanya bisa menganggukan kepalaku karena aku benar-benar tidak mengetahui alasannya dengan pasti. “Apa dia akan kembali?”, kau segera menyusuli pertanyaan. “Kemungkinan dia tidak akan kembali, kecuali ada orang yang menunggunya untuk pulang. Menantikannya dan mengajaknya untuk pulang.” Tandasku seraya aku beranjak pulang. “

Tidak ada komentar:

Posting Komentar