Pertemuan itu adalah pertemuan kesekian kalinya sejak aku masih berusia sembilan tahun. Dia selalu menemuiku dikala aku sedang mengalami tekanan batin. Dia selalu yang memberi pendapat apa yang harus aku perbuat untuk hari selanjutnya, tapi aku tidak lupa dengan agamaku. Dia bukan tuhan ataupun malaikat yang menjelma menjadi manusia ataupun makhluk lain. Dan dia bukan alam jagat raya bahkan dia bukan manusia. Dia mungkin halusinasiku saja. Akan tetapi dia mengaku bahwa dia di utus oleh raja terdahulu untuk melindungi keturunannya. Ah aku rasa aku hanya menghayal. Tapi yang dikatakan selalu itu dan selalu itu.
Dia lelaki tua berjenggot putih berpakaian layaknya seorang sunan berjubah memancarkan cahaya putih. Mengenakan selendang emas dan bertongkat hitam. Wajahnya tidak terlalu jelas karena tersamarkan oleh cahaya yang ada di sekelilingnya. Pertemuanpun selalu dia yang menentukan dan dia tidak selale berkanan untuk menemuiku terlebih dahulu. Jadi akulah yang harus menemuinya. Dia selalu memberikan tanda untuk dimana aku harus menemuinya.
Minggu, 24 April 2011
Segeralah Berjalan
Oleh : Fatir
Kala itu aku ingin melihatmu
Bukan melihat wajahmu
Bukan tubuhmu yang menggoda
Dan bukan birahiku yang aku penuhi
Aku ingin melihatmu berjalan
Aku ingin melihatmu menjauh
Aku ingin melihatmu menuju sangkarmu
Tetapi sebelumnya,
Ingin aku ucapkan selamat malam
Selamat tidur
Kala itu juga aklu ingin mendengar suara balasan
Entah mesrah entah biasa
Entah luar biasa
Seandainya
Sudah kuucapkan
Dan ucapanmu membalasnya
Aku ingin segera melihatmu
Aku ingin melihat cara berjalanmu
Ya, benar
Jika kau bertanya mengapa
Aku hanyua rindu lenggak-lenggok jalanmu
Segeralah berjalan manis
Segeralah menuju ruanganmu
Bukan jawabku
Jika kau bertabya hanya itu sajakah
Aku akan menjawab masih ada lagi yang aku rindu
Aku rindu dengan rambut teruraimu
Ya, rambutmu yang selalu terkibas kala berjalan
Nampak cantik teramat cantik
Tapi,
Hei kau manis, segeralah masuk ke dalam
Aku sudah amat rindu
Mungkin akan terobati jika kau berjalan
Malam ini cukuplah dengan ini
Cukup dengan jalanmu dan rambutmu
Malam ini sudah jam dua pagi
Segeralah masuk
Dan buanglah segala prasangka buruk
Atas permintaanku tadi
Ya, begitu manis.
Dalam hatiku kau cantik manis nan mempesona
Aku tersipu melihatmu
Meskipun kau tidak melihatku
Tapi aku menyasal
Karena permintaan itu hanyalah
Terpendam dalam hati
Aku tetap seperti dulu
Masih kaku untuk mengucapkan itu
Pasti malam ini aku susah tidur
ya benar
sekarang
aku masih terbayang
dan menyesalkan itu
itu aku menyesal
dan itu aku menyesal
sesal
Minggu, 17 April 2011
BUKAN ITU
tempat ini aku menulis, di sini pula aku menjadi tokoh dalam peristiwa mengerikan. Sampai tangan ini gemetar luar biasa saat menuliskan kalimat demi kalimat. Seakan otak ini sudah dipenuhi dengan vampir-vampir yang amat menakutkan. Jika hati yang kokoh tidak mampu menahan gejolak yang ada bagaimana dengan hati yang selalu labil dan selalu rapuh pastilah lebih menderita.
Kutuliskan cerita untuk mengenangnya. Awal cerita biasa saja seperti hari-hari yang kemarin-kemarin. Aku seorang mahasiswa disalah satu kampus swasta di jogja. Dan selain kesibukanku menjalani sebagai seorang mahasiswa aku juga menjadi seorang aktivis gerakan rakyat. Ada banyak cerita menydihkan dalam menjalani keseharian sebagai seorang aktivis. Salah satunya harus rela tubuh ini terkena benturan dari benda tumpul yang disabetkan oleh petugas keamanan setempat. Bahkan harus meringkuk di tahanan karena tindakan represif dari aparat kepolisian. Ini tidak berbeda dengan tahun 1966 sampai runtuhnya rezim soehato. Tapi sekarang ditahun 2011 ini gerakan yang mengatasnamakan rakyat selalu dibayang-bayangi oleh peristiwa-peristiwa sebelumnnya. Pemrintah tidak ingin diketahui kebusukannya oleh mahasiswa apalagi oleh masyarakat luas. Maka dari itu pemerintah selalu bertindak tegas terhadap mahasiswa dan membatasi gerak mahasiswa.
Pahlawanku
Oleh : fatir
Aku mendengar nafasmu
Ku mendengar dengan kedua kupingku
Begitu jelas terengah-engah
Begitu nyata di hadapanku
Bau badanmui menyengat
Keringatmu begitu lengket
Tanganmu keras
Perutmu seperti catakan batu bata
Lenganmu bagai tongkat pemukul angjing gila
Pundakmu mirip punggung kerbau
Kaki-kakimu kokoh
Ayunanmu seirama dengan irama tanah
Rumpun yang luas kau tunggui
Rumpun hijau hingga menguning
Dari kuning hingga jingga
Di gubuk renta dari anyaman bambu
Dan karyamu itu bagus sekali
Mirip dengan manusia dari kejauhan
Begitu menyeramkan bila didekati
Tubuh itu dari rajutan jerami
Jika ada kau membawa makanan
Walaupun kali ini tidak ada
Istrimu akan membawakannya
Ataupun anakmu yang akan datang
Aroma rumput yang harum
Tidak pernah mengganggumu
Semua terasa nikmat
Jika kau dekat dengan keluargamu
Negeramu juga membutuhkanmu
Hasil jerih payahmu adalah nyawaku
Kau adalah sesungguhnya pahlawan
Semua yang ada adalah pahlawan
Tidak! Bukan! Bukan mereka
Mereka yang memakan uangmu pak
Mereka yang memakan harta rakyat
Mererka adalah musuh pahlawan
Tani, buruh, nelayan dan rakyat
Adalah pahlawan bagi kita semua
Aku membutuhkanmu, aku perlu itu
Jayalah kau tani, jayalah pahlawanku
MANIS
By: Fatir
Dia terperangah saat melihatnya
Mengenakan pakaian kewanitaannya
Dia sangat menawan hati setiap mata memandang
Dia sangat cantik dan manis
Seakan membujuk orang untuk dapat melindunginya
Membujuk hati untuk mendekatinya
Membujuk pikiran untuk bertindak
Karena semut-semut selalu menjadi baying-bayangnya
Dia begitu mudah untuk mengubah keadaan
Ketenteraman jiwa akan terancam kalau
Menatap matanya, menatap wajahnya, meminang hatinya
Peperangan akan terpecah jikalau orang mendekatinya
Karena dia sangat manis
Manis selalu mengundang semut yang lain untuk berebut
Lihatlah dia sedang menambahkan gulanya
Bahkan gula itu tidak perlu dicari
Manisnya datang sendirinya
Gaun wanitanya oh indahnya
Oh indahnya gaun itu
Semua orang ingin melihatnya
Bahkan seorang pengeran akn meminangnya
Meleburlah hati menjadi manis pula
Senin, 11 April 2011
Hai Saja
Oleh : fatir
Ketika dalam mimpi
Aku meratapkan hati sejenak
Aku di alam yang berbeda kala itu
Aku melihatu dalam mimpi
Rambut panjangmu lepas terurai
Tergerai angin
Angina yang senantiasa mengahadang
Kau jalan
Kau melangkah satu anak tangga
Tapi aku tidak memanggilmu
Aku akan pendam sapaanku
Tak akan aku ucapkan dulu
Entah siapa yang memanggilmu
Klau menolehkan muka
Dengan kacamatamu menatapku
Kau perlihatkan muka yang biasa
Senyuman biasa, tertawa biasa dan sapaan biasa
Aku belum menyapamu
Sebaiknya kau lanjutkan jalanmu dulu
Barulah kita saling bersapa-sapa
Bersapa hai
Hai,,,mungkin hanya itu saja
Entah cukup entah tidak
Segeralah anak tangga kedua kau injak
Begitu juga anak tangga ketiga kau injak pula
Benar begitu lebih baik
Itu lebih indah ku pandang
Kau lebih cantik jika begitu
Segeralah menaiki tangga itu
Naiklah segera
Aku masih di bawah sepertinya
Mungkin masih ingin menyapaamu
Ya, tentunya di bawah ini saja
Untuk hari ini mungkin itu saja
Tapi jangan khawatir
Mungkin masih banyak waktu untuk menyapamu
Mungkin masih banyak kata yang aku ucapkan
Dan mungkin nanti saja
Tapi nanti setelah dari atas
Aku hanya berucap kata,,,
Hai.
Langganan:
Postingan (Atom)