Minggu, 24 April 2011

Pertemuan yang lain

Pertemuan itu adalah pertemuan kesekian kalinya sejak aku masih berusia sembilan tahun. Dia selalu menemuiku dikala aku sedang mengalami tekanan batin. Dia selalu yang memberi pendapat apa yang harus aku perbuat untuk hari selanjutnya, tapi aku tidak lupa dengan agamaku. Dia bukan tuhan ataupun malaikat yang menjelma menjadi manusia ataupun makhluk lain. Dan dia bukan alam jagat raya bahkan dia bukan manusia. Dia mungkin halusinasiku saja. Akan tetapi dia mengaku bahwa dia di utus oleh raja terdahulu untuk melindungi keturunannya. Ah aku rasa aku hanya menghayal. Tapi yang dikatakan selalu itu dan selalu itu.
Dia lelaki tua berjenggot putih berpakaian layaknya seorang sunan berjubah memancarkan cahaya putih. Mengenakan selendang emas dan bertongkat hitam. Wajahnya tidak terlalu jelas karena tersamarkan oleh cahaya yang ada di sekelilingnya. Pertemuanpun selalu dia yang menentukan dan dia tidak selale berkanan untuk menemuiku terlebih dahulu. Jadi akulah yang harus menemuinya. Dia selalu memberikan tanda untuk dimana aku harus menemuinya.

Tanggal 23 april 2011 malam minggu jam sebelas malam aku harus menemuinya. Karena dia pasti sudah menungguku dimana ia akan menunggu. Ternyata tempat pertemuan itu adalah tempat dimana seorang gadis –gadis yang selalu memberikan aku inspirasi karya-karyaku. Gadis itu bernama Nur.karena itu aku perlukan meminta ijin untuk mendatnagi tempat itu agar tidak ada yang mencurigakan. Salah-salah aku dianggap maling berkeliaran. Ataupun bertindak tidak wajar. Oh ya, orang tua itu mengaku syeh Abdullah. Lanjut cerita. Aku sudah memberi tahu Nur tentang aku ingin mampir kesana. Dan kukatakan bukan untuk urusan dengan Nur. Melainkan untuk urusan lainnya.
Tepat jam sebelas malam aku menemui syeh. Ada yang berbeda kala itu. Dahulu syeh hanya menampakan dirinya hanya sendiri tetapi kali ini dia bersama seorang nenek mungkin isterinya atau temannya. Aku juga bersama temanku bernama Imam. Tapi Imam tidak mengetahui apaun yang ingin aku kerjakan.
Aku langsung menyapa syeh Abdullah dan memberikannya hormat kepada keduanya. Dan aku mulai bertanya apa maksud tuan syeh ingin menemuiku. Ternyata dia ingin memperkenalkanku pada nenek itu. Ternyata nenek itu adalah dayang di wilayah itu. Dia bernama nyai narsih. Penampakannya sama seperti syeh Abdullah. Putih dan memancarkan cahaya.
Syeh berucap, “hanya ini saja, hanya ingin memperkenalkan kau dengan nyai Narsih”. “baiklah syeh, kalau begitu aku ingin menitipkan doa untuk keselamatan gadis yang ada di sini”. Setelah pernnyataan dari nyai narsih mereka pun pelan-pelan mulai meninggalkanku. Ternyata perbincangan panjang itu tidak mencapai sepuluh detik. Itu juga dikatakan oleh Imam. Peristiwa itu tiga hal yang aku lakukan pertama aku bertemu dengan syeh Abdullah dan Nyai Narsih. Kedua aku menitipkan doa keselamatan untuk Nur. Dan ketiga aku menikmtai suasana tempat yang menjadikan kenangan. Bahwa alam sekitar itu sangat menenteramkan hati. Dan terasa damai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar